Hidup tanpa vs dengan smartphone


Sebagai orang yang lahir di tahun 93, bisa dikatakan aku mengalami semua masa yang tanpa vs dengan smartphone, jadi tidak salah rasanya aku sedikit mengulas Bagaimana masa di keduanya yang aku alami. Tulisan ini bersifat subjektif dan hanya berdasarkan apa yang aku rasakan saja.

A. Hidup tanpa smartphone

Smartphone sendiri adalah telepon pintar yang secara sederhana menurut ku adalah menggabungkan antara komputer dengan internet dalam versi yang kompatibel, sehingga bisa dibawa kemana-mana. 

Smartphone sendiri mulai aku rasakan keberadaan nya saat hadirnya BlackBerry yang saat itu aku masih SMP, BlackBerry punya fitur BBM yang mana menggantikan fungsi SMS yang berbayar untuk setiap kali mengirimkan pesan.

Setelah Blackberry tenggelam lah baru muncul Samsung dan ada juga Apple yang ketenggelaman blackberry sudah didahului Nokia yang notabene dulu rasanya tidak mungkin Nokia bisa tenggelam.

Hidup tanpa smartphone sudah pasti ada positif dan negatifnya, mari kita bahas sesuai dengan ingatnya aku:

1. Susah komunikasi jarak jauh

Mengapa susah komunitas jarak jauh? Ya, tanpa smartphone kita dahulu sangat mudah komunikasi, tapi jarak dekat, alias bercengkrama dengan sekitar sesuai dengan Bagaimana manusia diciptakan, yaitu sebagai makhluk sosial yang bersosialisasi dengan lingkungan nya.

Untuk berkomunikasi dengan keluarga yang jauh di kampung, dahulu kita harus menelpon menggunakan telepon/hp.

Bahkan dahulu ketika aku SD kelas 1-3 masih ada wartel atau telepon umum yang ketika ingin menelpon keluarga jauh kita harus pergi kesana terlebih dahulu.

2. Lebih akrab dengan lingkungan sekitar

Benar apa benar? Dahulu, entah itu di kampung atau di kota, orang yang tinggal dalam satu RT sudah bisa dipastikan saling mengenal satu sama lain.

Jarang orang yang tidak kenal. Semua saling bercengkrama dan memang saling membutuhkan. 

Setiap sore ada banyak ibu-ibu yang gosip depan rumah tetangga nya, anak-anak bermain kelereng atau bermain mainan tradisional lainnya.

Masih ingat dahulu Belanda menjajah Indonesia sekitar 80 tahun yang lalu, Berapa lama dahulu Indonesia dijajah? Hampir 3,5 abad. Mengapa begitu lama, sebab memang tidak adanya persatuan, baru ketika ada Boedi Oetomo di sekitar tahun 1920 (kata sejarah) para pemuda bersatu, hingga panjang perjalanan lalu akhirnya Jepang dibombardir Amerika karena kesombongan nya yang ngebom pangkalan militer Amerika duluan hingga akhirnya menyerah lalu Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.

Maka kita harus ingat jasa para pahlawan kita yang telah berjuang agar Indonesia merdeka dan terbebas dari penjajah oleh bangsa lain.

Lantas Apa hubungan nya antara persatuan yang terjalin karena keakraban dengan penjajahan? Pikir saja sendiri. Baca kembali sejarah Bagaimana awal Belanda menjajah Indonesia dengan politik nya yang sangat terkenal, pasti kalian tahu.

3. Anak sekolah lebih pintar

Lah, bukannya dengan adanya teknologi lebih pintar sekarang? Seharusnya begitu. Tetapi entah aku salah apa tidak, dahulu untuk menemukan sesuatu jawaban soal yang sulit, maka aku harus membaca dan menyalin tulisan nya ke jawaban yang ada di kertas soal dari guru.

Kalo sekarang, kepintaran itu sudah diambil Mbah Google, tanya saja Mbah Google, dia tahu semua. Lebih mudah bukan. Tapi ada efek netagifnya, kamu hanya perlu copy paste tanpa terkadang membaca apa isi jawaban itu.

Lain rasanya jika kamu harus menulis kembali jawaban yang kamu temukan, dengan kamu hanya melakukan copy paste. Benar apa benar?

Di buayajalan ini sangat banyak jawaban soal ujian yang dulu pernah aku ikuti lalu aku share kembali disini, walhasil aku banyak pengunjung, wkwkwkwk...

Mengapa demikian? Ya gurunya juga soalnya sama dari tahun ke tahun, paling hanya rubah angka saja, hahahaha...

4. Warnet penuh

Tahu warnet? Warung internet. Ketika dulu hp masih terpisah dengan internet, maka untuk akses internet ada yang namanya warnet.

Disana bisa mencari informasi, tapi lebih sering disana main game atau membuka situs tidak senonoh.

Aku ingat betul game pertama yang aku mainkan di warnet dulu, namanya Counter strike (CS) yang bisa dimainkan secara LAN bersama-sama di warnet.

Pernah tidak dulu ketemu emak kawan kalian yang datang ke warnet karena anaknya tidak pulang-pulang dari warnet, atau kisah si Reza Arab, si penjaga warnet yang sekarang sukses di dunia Maya dan sekarang jadi artis.

Ya, dahulu sebelum ada smartphone warnet penuh, dan tidak mudah mengakses game yang aku pribadi dulu pernah terganggu sekolah ku karena game. Saat itu aku dibelikan PS1 di kelas 3 SD dan nilai ku jadi jeblok karena main game terus.

5. Naik angkot atau bis kota

Ketika dulu sebelum adanya smartphone, transportasi umum yang paling banyak digunakan adalah angkot atau bis kota. 

Jenis usaha yang saat ini sudah memasuki masa tua ini dahulu jadi primadona setiap orang, maklum saja, dahulu untuk kredit sepeda motor saja sangatlah sulit, tidak seperti sekarang yang mudah seperti membeli kacang goreng.

Dulu, ketika lessor berani memberikan leasing kepada lesse, mereka harus benar-benar yakin bahwa lesse dapat menyelesaikan sewa nya, sehingga orang yang berhak mengkredit sepeda motor adalah orang-orang yang dianggap benar-benar mampu membayar cicilan tiap bulannya.

Angkot atau bis kota mungkin punya kenangan tersendiri bagi pembaca semua, duduk empet-empetan dengan bau yang berbagai macam, tapi saya yakin pembaca semua rindu akan masa itu.

6. Belanja pasti ke pasar

Benar tidak, dahulu jika ingin berbelanja pasti ke pasar atau ke warung lah minimal. Tidak ada yang namanya belanja online seperti yang sekarang awam dilakukan orang, bahkan bisa COD alias barang sampai di tempat baru bayar.

Saat ini, jika Anda pergi ke pasar konvensional, mereka sudah mulai mengalami penurunan penjualan, sebab harus bersaing dengan pasar online yang tidak butuh lokasi pasar, cukup posting saja di situs jual beli online atau emak-emak yang biasanya live Facebook atau Instagram.

7. Lebih sopan

Percaya atau tidak, orang-orang dahulu lebih ramah dan sopan, tidak seperti sekarang yang banyak cuek dan sibuk sendiri dengan smartphone nya. Jika orang bule banyak mengatakan Indonesia adalah bangsa yang ramah, benar tapi itu dulu, sekarang ngga ramah-ramah banget, dulu orang ramah karena jarang lihat bule saja sebenarnya, sekarang mudah mau ketemu bule, ketik saja di YouTube "bule" nanti keluar orang bule, wkwkwk...

Dahulu, sumber etika yang didapatkan seorang anak kecil (masa kecil hingga remaja adalah proses pembentukan karakter seseorang) hanya didapat dari orang tua, guru di sekolah dan pergaulan. Di masa sekarang boro-boro guru bisa mendidik anak muridnya, disenggol sedikit saja anaknya, orang tuanya lapor polisi. Tapi tidak juga begitu, Guru yang singkatan dari digugu dan ditiru ini juga saat ini tidak seperti dulu lagi, dulu gaji guru kecil, sehingga orang yang ingin menjadi guru adalah orang yang benar-benar ingin mengabdi kepada bangsa, sekarang gaji guru sudah lumayan lah, lalu proses rekrutmen di negeri ini juga lupa bahwa seorang guru itu haruslah orang yang bisa digugu dan ditiru, bukan hanya orang yang pintar saja, walhasil banyak lah orang pintar yang menjadi guru dengan lupa bahwa Guru harus bisa digugu dan ditiru. Sebab pintar saja tidak cukup, Indonesia punya banyak sekali orang pintar, tapi ah sudahlah...

Saat ini orang banyak mencontohkan diri pada influencer yang mana banyak pengikutnya, walau terkadang kelakuan nyeleneh (nyeleneh agar banyak pengikutnya, likenya, dan sebagainya, sebab memang watak manusia yang mudah bosan membuat si influencer harus putar otak agar tidak membosankan) akhirnya ditiru oleh si anak kecil yang memang sedang dalam pembentukan karakter. Walhasil, tercipta lah generasi tiktok yang sering joget-joget depan kamera lalu membagikan nya tanpa rasa malu.

Bukan tidak boleh bergoyang happy dan sebagainya, tapi semua ada tempatnya. Tiktok itu membagikan apa yang kau lakukan ke semua orang, dan untuk masuk fyp nya pasti butuh like sehingga algoritma tiktok menganggap itu bagus sehingga jadi fyp. Untuk membuat orang menekan tombol like, sekali lagi, kau harus membuat apa yang orang suka, seperti wanita cantik, seperti sedikit terbuka, seperti lelaki ganteng, atau seperti sesuatu hal yang unik dan orang belum pernah lihat.

Kalau dulu orang malu untuk joget-joget depan kamera bahkan sampai pernah geli liat kelakuan Bowo tiktok, sekarang hal ini lumrah.

Ingatlah, malu itu adalah salah satu cabang keimanan.

B. Hidup dengan smartphone

Setelah membahas kehidupan tanpa smartphone, kini kita berbicara masa sekarang, dimana masa hidup dengan smartphone, seperti saya katakan diawal, tulisan kali ini bersifat subjektif berdasarkan apa yang saya alami saja, jadi tidak pasti akurat. 

Baiklah, berikut adalah yang terjadi saat ini ketika kita hidup bersama smartphone yang katanya pintar ini:

1. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat

Jika dahulu sulit untuk berkomunikasi dengan keluarga jauh, maka dengan adanya smartphone hal ini menjadi sangat mudah. Tinggal video call menggunakan WA, keluarga yang tinggalnya ratusan bahkan ribuan kilometer dengan mudah kita bisa melihat wajahnya dan ngobrol secara langsung.

Lalu, coba lihat ketika kita ngumpul dengan teman-teman, pasti lah banyak yang melihat smartphone nya terus, sehingga terkadang saat berkumpul tidak hangat seperti dulu lagi, padahal hakikatnya manusia itu adalah makhluk sosial, yang memang harus bersosialisasi bertemu langsung, sapa, ramah tamah, bukan melalui smartphone yang semuanya itu adalah dibuat oleh komputerisasi.

2. Jadi zombie

Pernah lihat film zombie? Kumpulan orang yang sudah digigitnya akan ikut menjadi zombie dan seperti ngikut nunduk mencari mangsa 

Jika di film zombie orang harus digigit dulu baru jadi zombie yang hilang akal sehatnya, di dunia nyata ternyata tidak perlu digigit dulu baru jadi zombie, cukup berikan saja smartphone dan paket data, lalu nanti orang-orang akan jadi zombie karena nunduk lihat smartphone terus tanpa banyak produktif melakukan apa-apa dan lebih banyak berselancar di dunia Maya atau main game.

Penulis pun sudah jadi zombie, tetapi berusaha sedikit-sedikit untuk menulis seakan-akan memberikan komando kepada para zombie lainnya dengan mempengaruhi si zombie melalui tulisan.

3. Segala sesuatu mudah dilakukan dengan smartphone

Salah satunya adalah seperti menghubungkan keluarga jauh tadi. Lalu banyak lagi kemudahan lainnya yang saat ini terjadi dengan adanya smartphone.

Saat ini bisa belanja online, pesen makanan online, naik ojek online, transfer online, judi online, booking online dan banyak lagi online-online lainnya yang bisa terjadi dengan adanya smartphone.

4. Adanya media sosial

Kalau dulu jika orang ingin bersosialisasi maka harus tatap muka dengan lingkungan sekitar nya, yang menjadikan terkadang mulut terpeleset sehingga ada yang tersinggung, sekarang berbeda, jika jari terpeleset bisa membuat orang tersinggung.

Jika dulu kita bisa dengar nada seseorang berbicara sehingga tau Apakah dia sedang menyinggung atau tidak, sekarang dengan ketikan seseorang, lalu si pembaca sedang baper maka dia akan berpikir kawan nya sedang menyinggung nya, padahal sebenarnya kawan nya yang mengetik tulisan ini tidak bermaksud demikian.

Pernahkah Anda berpikir lebih jauh, media sosial yang ada sekarang sebenarnya sebagian besar hanya digunakan untuk pamer saja?

Pamer itu tidak baik sebenarnya, tapi jika saya lihat itulah adanya media sosial sekarang. Di media sosial itu apa saja sih yang bisa kita lakukan? Posting foto, posting video, mengetik tulisan, posting suara. Sudah itu saja.

Lalu Apakah ada orang yang mau posting sesuatu yang jelek di media sosialnya? Jawabannya tidak.

Percayalah, apa yang di-posting orang di status/wall/feed nya hanyalah hal-hal baik saja atau yang bagus-bagus saja atau yah, itulah maksimalnya yang dia punya.

Jadi, sebenarnya inti dari media sosial itu ya ajang untuk pamer-pamer saja menurut ku pribadi.

Jika ada kawan mu posting sedang makan steak enak di story' IG nya, percayalah dia sangat jarang makan steak. Jika dia sering makan steak maka tak akan dia posting sebab itu lumrah baginya.

Jika ada kawanmu posting foto dalam mobil, percayalah dia baru saja beli mobil, sebab orang yang sudah lama punya mobil atau mobilnya sudah lama tidak mau lagi posting fotonya di mobil.

Jika ada kawan mu yang posting sedang jalan-jalan di suatu tempat, percayalah dia jarang atau baru pertama kali kesitu. Seorang wartawan yang memang kerjanya meliput tidak akan pernah sering-sering posting karena itu lumrah dan jadi tugas utama dia jalan mencari berita.

5. Hilang privasi

Tahukah kamu bahwa smartphone kamu didalamnya dilengkapi GPS yang bisa tahu kemana saja kamu sehari-hari?

Tahukah kamu bahwa foto atau video yang kamu ambil menggunakan android mu akan masuk Google foto?

Jadi, smartphone ini membuatmu kehilangan privasi. Dia akan ikut dan tahu kamu ngapain aja sehari-hari saking pintarnya dia dan bodohnya kamu.

Seorang bandar narkoba atau koruptor pintar pasti tidak menggunakan smartphone untuk bertransaksi, sebab mereka tahu bahwa pihak kepolisian akan mudah melacak keberadaan nya, akan bisa mengetahui apa saja yang dia kirimkan pesan melalui wa dan apapun itu.

Jadi, jangan coba-coba merekam atau memfoto dirimu sedang telanjang ke pacarmu (istilah keren nya sekarang PAP (Post a Picture)) sebab selain pacarmu punya pegangan atas gambar porno mu, google juga akan menyimpan nya, jika kau hapus pun, jika Google perlu pasti dengan mudah mereka mengangkat nya kembali, sebab mereka yang buat ya pasti mereka tahu cara mengatasi segala sesuatunya.

Baiklah mengakhiri tulisan yang ngalar ngidul ini, tidak ada salahnya pembaca sekalian membuka video yang saya bagikan dibawah ini, sebuah podcast antara Menteri kesehatan kita dulu Ibu Situ Fadilah Supari dengan seorang Komjen polisi, yaitu Komjen Dharma Pongrekun, yang mengatakan bahwa smartphone ini merupakan alat jebakan yang diciptakan musuh untuk menjebak kita.

Tonton video nya dibawah ini sebelum dihapus YouTube karena seingatku video ini pernah dihapus YouTube:

Bahaya smartphone bagi anak kecil

Sekali lagi, tulisan ini bersifat subjektif dan memang dibuat suka-suka saya karena ini blog saya, wkwkwkk...

Posting Komentar untuk "Hidup tanpa vs dengan smartphone"