workflow seorang fotografer

baju seragam djp
hasil foto

Mungkin orang melihat sebuah foto adalah dibuat dengan mudah, tinggal jepret langsung jadi, hal itu tidaklah salah, namun Bagaimana workflow seorang fotografer itu sebenarnya? kali ini saya akan sharing workflow yang biasa saya gunakan didalam membuat sebuah project atau pun hanya sekedar mencari stock foto saja.

Bagi yang belum tahu, workflow adalah arus kerja, jadi disini saya akan membahas Bagaimana arus kerja seorang fotografer dalam bekerja. Berikut adalah workflow seorang fotografer:

1. Membuat konsep

Dalam dunia multimedia, entah itu audio maupun visual yang bersifat profesional sudah barang tentu dibuat dengan membuat konsep terlebih dahulu, jadi wajib hukumnya seorang fotografer tahu terlebih dahulu Apa yang akan dia lakukan di lapangan sebelum terjun ke lapangan. Dalam sebuah film, sebelum film itu di take videonya, maka script film tersebut sudah jadi terlebih dahulu dan sangat detail sekali isi script sebuah film itu.
contoh script film

Dalam tulisan kali ini, penulis akan sharing sedikit mengenai project yang baru saja selesai kami kerjakan untuk buku profil sebuah kantor.

Ide besar dalam project ini adalah membuat foto Bagaimana seragam kerja instansi tersebut dari hari Senin-Jum'at sesuai dengan aturan yang berlaku. Tujuan dari project ini adalah agar pembaca buku profilnya akan mengetahui Bagaimana sebenarnya seragam kerja instansi tersebut sesuai aturan yang berlaku.

konsep

Untuk membuat nya menggambarkan hal tersebut, kami membuat konsep tiga orang model, yaitu satu pria, satu wanita berhijab, dan satu wanita tanpa hijab. Dari sini kita sudah bisa menghitung berapa jumlah model yang dibutuhkan dan mencari berbagai model wajah yang sekiranya dapat menggambarkan keseluruhan pegawai yang berada di instansi tersebut, namun tetap mengutamakan yang menarik untuk dilihat, sebab manusia memang suka dengan yang indah-indah.

2. Membuat treatment

Treatment sendiri adalah gambaran seperti apa project ini akan dilaksanakan, tidak perlu repot-repot, kita dapat menemukan berbagai contoh yang sudah pernah orang lain buat dan mencoba mengamati, meniru, dan memodifikasi.

Disini saya pribadi biasa menentukan treatment dengan membagi nya menjadi empat hal, yaitu seperti apa mood fotonya, seperti apa posenya, seperti apa make up nya dan seperti apa tone fotonya nanti. Dalam project ini saya membuat mood nya adalah biasa (bukan ceria/sedih), posenya adalah melihat contoh cover/photoshot para bintang film korea (dengan harapan wanita yang hobi melihat film korea akan teringat film-film korea ketika melihat foto tersebut, sebab tidak bisa dipungkiri film korea memiliki pangsa pasar besar di Indonesia, terutama bagi kaum hawa), make up nya karena kami bukanlah profesional dan sebenarnya hanyalah bagian dari instansi tersebut yang memang rutin membuat buku profil setiap tahunnya sehingga untuk urusan tata rias diserahkan kepada modelnya masing-masing, sedangkan untuk tone fotonya saya mengikuti apa yang disarankan oleh tim desain buku yang menginginkan temanya adalah minimalis/putih, sehingga editan nya akan dibuat terang, minim kontras.
treatmentnya

Urusan edit foto sendiri tidak usah galau memikirkan tone, beli saja preset yang tersedia di pasaran, tapi ingat yang premium, jangan yang banyak dijual di online shop, karena biasanya abal-abal. Bermodal lah sedikit, karena editing adalah ciri dari si fotografer A dengan si B, termasuk fotografer wedding yang ternama, mereka pasti punya tone sendiri yang menjadikan ciri khas mereka. 

Selain itu, dengan menggunakan preset juga Anda akan sangat mudah melakukan editing foto. 

3. Eksekusi

Setelah konsep dibuat, treatment nya tahu, itu artinya saatnya mengeksekusi. Karena di kepala kita sudah tahu akan melakukan apa, maka disaat mengeksekusi tidak akan memakan waktu lama. Project ini hanya dikerjakan selama 3 jam dari pukul 09.00 s.d. 12.00 WIB dengan jumlah model 18 orang.

Karena sesuai konsep diawalnya ini foto indoor, maka kita butuh beberapa flash dan membuat studio ala-ala. Disini kami menggunakan jenis pencahayaan standar yang banyak dilakukan orang, menggunakan tiga lampu (satu main light, satu fill in, dan satu background).

Ketika eksekusi ini harus dibagi tugas, tidak bisa si fotografer sendirian. Harus ada satu orang yang men-direct model. Memang benar bahwa si fotografer harus bisa men direct modelnya, namun agar tidak keluar dari konsep awal, maka si fotografer butuh bantuan orang yang melihat contoh dan menyamakan dengan posisi model.

Dalam fotografi, terkadang kita melihat sebuah foto di kamera sangatlah bagus, namun ketika melihatnya di layar, barulah tahu ternyata ada sedikit yang kurang momennya, disitulah seorang fotografer harus sering-sering melihat visual agar dia mengetahui betul pose-pose yang tepat. Mudahnya adalah mencontoh saja dari contoh pose yang sudah ada, sebab contoh tersebut sudah dianggap yang terbaik.

Satu lagi yang harus diperhatikan ketika mengeksekusi foto model, jika si model bukanlah model sesungguhnya, maka kita harus belajar mengarahkan nya dan cara paling mudahnya adalah take foto agak banyak sembari diperlihatkan ke si model sehingga dia tahu dibagian mana pose terbaik nya dia.

4. Editing

Seperti sudah saya katakan diatas, saat ini sudah banyak sekali preset yang dijual di pasaran, untuk apa repot-repot menggeser-geser sendiri kekiri dan kekanan garis edit photoshop/lightroom mu, beli saja preset yang sekiranya akan sesuai dengan treatment kita. Tahukah Anda jika Anda membeli preset yang premium dan benar-benar premium, ketika file RAW foto Anda masukkan preset, maka yang harus Anda lakukan hanyalah mengatur white balance dan exposure sehingga tepat, itu saja. 

Satu yang paling penting, jangan lupa take foto dalam format JPEG+RAW agar memudahkan prsoses editing. File Raw foto sangatlah dibutuhkan dalam editing yang bagus, sebab file raw menyimpan banyak data foto yang belum terkompres seperti di .JPEG atau .JPG.

Untuk memudahkan, file RAW beberapa kamera yang saya tahu adalah .NEF untuk Nikon, .ARW untuk Sony, .RAF untuk Fujifilm, .CRW untuk Canon Eos, .ORF untuk olympus.

Namun perlu diingat tidak semua format RAW kemera sesuai dengan ekstensi yang saya berikan diatas, terkadang beberapa kamera mengeluarkan ekstensi RAW yang berbeda ketika mengeluarkan kamera baru. Untuk mudahnya mengetahui mana file RAW foto adalah dengan membuka hasil foto kita di laptop/komputer, jika Anda mengambil foto dengan tipe JPEG+RAW maka di laptop Anda ketika membuka fotonya akan menjadi dua, satu berformat JPEG/JPG satunya akan berformat ekstensi yang saya sebutkan diatas dan biasanya akan memiliki size besar, bisa jadi satu RAW memiliki size 40MB, jadi jangan salah ya gaes, format RAW itu bukan foto format JPEG terus diganti menjadi .RAW, wkwkwkwk...(semoga orangnya ga baca tulisan ini) 

Belajar lagi gaes, di zaman internet ini tidak ada cerita tidak bisa asal mau belajar, belajar terus terus belajar, Thomas Alva Edison berhasil menciptakan lampu dari banyak sekali kegagalan yang dia buat.
file foto JPEG+RAW
Perhatikan foto diatas, terdapat dua file atas nama DSS00323 dan begitu pula file lainnya, terdapat dua, satu berformat JPG File dan satunya ARW File, nah ARW file ini lah yang dinamakan RAW foto (contoh tersebut adalah RAW Foto Sony A7 Mark II), perhatikan size nya, JPG File hanya memiliki size 4MB, sementara ARW File memiliki size 48MB, Mengapa demikian? Sebab RAW merupakan file mantah foto yang belum dikompres seperti hal nya JPEG yang sudah tidak banyak menyimpan banyak data foto.
 

5. Penyimpanan berkas

Hal ini terlihat sepele dalam workflow fotografi, namun sebenarnya hal ini sangatlah penting. penyimpanan file foto akan sangat berguna di kemudian hari ketika foto akan dilihat kembali, atau dalam dunia fotografi sering dikatakan bahwa foto yang bagus baru akan terlihat ketika foto sudah dingin, Apa maksudnya?

Ketika kita mengambil sebuah foto, terkadang kita dipengaruhi emosi, sehingga foto tersebut sesaat setelah diambil akan kita pandang sangat bagus, padahal orang lain menganggapnya biasa saja, karena Apa? karena kita masih dipengaruhi emosi ketika mengambil foto tersebut. Foto tersebut bagus apa tidaknya baru akan terlihat ketika dia sudah lama tersimpan didalam harddisk dan akan ada saatnya kita membukanya kembali dan baru benar-benar tahu mana yang bagus mana yang tidak dari foto-foto yang ada.

Cara termudah untuk melihat foto bagus apa tidak adalah perlihatkan kepada orang awam yang tidak mengerti Bagaimana foto itu diambil, lalu tanyakan Apakah foto ini bagus atau tidak?

Berikut beberapa langkah penyimpanan foto yang biasa saya gunakan:
  1. simpan foto dalam harddisk yang tidak terlalu besar, maksimal 1TB, semakin besar HDD maka akan semakin menyesal kamu ketika HDD nya rusak.
  2. Segera pindahkan foto-foto yang ada di card camera sesaat setelah memotret kedalam HDD, sehingga card camera akan selalu kosong saat kita akan mengambil foto baru.
  3. Buat folder foto dengan format YYMMDD (spasi) nama folder. contoh: Rahmat mengambil foto model buku profil pada tanggal 24 Januari 2022, maka folder foto yang disimpan di HDD adalah "220124 model buku profil"
  4. Selalu backup HDD dengan memilih foto yang bagus di HDD 1 dan memindahkan foto bagus HDD 1 ke HDD 2, sehinga ketika HDD 1 rusak, foto bagusnya sudah ada di HDD 2, begitu seterusnya.
format penamaan arsip foto

Saya rasa sekian dulu tulisan kali ini, beberapa fotografer yang saya kenal yang memang mania fotografi semuanya adalah orang yang disiplin sebab fotografi yang terlihat mudah ini sebenarnya adalah mengejar momen, dan untuk mendapatkan momen yang tepat maka kita harus disiplin. satu kata Don Hasman yang masih saya ingat sampai saat ini adalah "Cara termudah menghentikan waktu ada dua, pertama membuatnya menjadi patung kedua adalah dengan memfotonya"

Posting Komentar untuk "workflow seorang fotografer"