Kemas Muhammad Ali, Legend Songket Palembang


Kemas Muhammad Ali atau yang biasa dipanggil kak Ali songket oleh warga setempat, merupakan seorang pengrajin songket Palembang yang sudah mulai menekuni songket sejak tahun 1976 selepas tamat sekolah dari SMEA 2 Palembang (sekarang SMK 3 Palembang). Mang Ali menguasai sekitar 120 motif songket dan merupakan pengrajin songket eksklusif di Kota Palembang.

Berdasarkan cerita Beliau, saat ini sudah tidak ada lagi di Kota Palembang orang yang seperti Beliau, yang mau benar-benar membuat songket dengan ketelitian tinggi, kerapian yang bisa dikatakan sempurna, dan juga membutuhkan waktu lama untuk membuat sepasang songket eksklusif seperti yang Beliau biasa kerjakan. Menurut Mang Ali, biasanya orang sekarang ini, dikarenakan alasan bisnis, ya songket yang dibuat pun diburu-buru waktu, sehingga hasilnya tidak akan sempurna seperti apa yang dilakukan Mang Ali, bahkan ketidaksempurnaan songket hand made ini juga yang akhirnya terkadang dijadikan patokan asli atau tidaknya songket, mengingat harga songket hand made termurah yang aku tahu adalah 2,5juta rupiah untuk satu buah kainnya saja.

Lantas, Apakah itu songket eksklusif? Songket eksklusif yang dimaksud disini adalah songket yang dibuat tidak hanya asal jadi, namun dituntut kerapian tingkat tinggi, benang emas yang diambil dari kain lama yang dibongkar, benang dari ulat sutra, serta pembuatan nya yang lama bisa memakan waktu hingga 3-6 bulan pengerjaan hanya untuk satu songket tergantung dari tingkat kerumitan motif songket itu sendiri.


Untuk harga, jangan ditanya. Memang hanya segelintir orang saja yang sanggup dan bersedia untuk membayar nya. Sepasang songket eksklusif ini dihargai sekitar 100juta rupiah. Menurut Mang ali, dari harga segitu, setidaknya dibutuhkan modal sekitar 30 juta untuk membeli bahan songketnya saja, belum lagi biaya lain-lainnya, sehingga tidak heran jika songket tersebut dihargai fantastis.

Songket yang dibuat Mang Ali bisa dikatakan tidak ready stock, melainkan by order, jadi apa yang dibuatnya sudah ada pemiliknya. Mang Ali sendiri adalah pemasok kain songket mahal di Palembang. Sebut saja butik Rumah Limas di Jl. Diponegoro. Sudah tiga generasi butik tersebut menurut Mang Ali, dan Mang Ali lah salah satu pemasok songket eksklusif yang mereka jual

Mang Ali bisa dikatakan orang yang ramah dan senang berbagi kepada generasi muda seperti kami yang ingin mengetahui budaya daerah nya sendiri ditengah gempuran budaya luar yang sangat merusak budaya negeri ini. Hampir 1,5 jam berbicara dengan pria 68 tahun yang sangat berkeinginan untuk membuat katalog songket ini, tidak terasa perut terasa keroncongan dan adzan dzuhur pun tiba. Mang Ali mengungkapkan keinginan membuat katalog songket ini agar apa yang sudah pernah Beliau buat bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua bahwa ada banyak sekali motif songket Palembang.

Beliau mengatakan bahwa tidak ada lagi penerus Beliau jika kelak Beliau sudah tiada, "Katek lagi wong yang galak nyongket cak aku ini, wong jaman sekarang yang penting songket jadi cepet, cepet jadi duit" kurang lebih seperti itulah jawab Beliau ketika ditanyakan Apakah ada penerus Beliau jika kelak Beliau sudah tiada mengingat usia Beliau yang sudah tidak muda lagi?

Tidak jauh dari kediaman Beliau di 30 ilir Palembang, sebenarnya ada anak Beliau, Anton yang juga sebagai pengrajin songket (aku pun pernah motret disana), namun Anton pun sama seperti kebanyakan pengrajin lainnya, tidak sanggup jika harus mengerjakan songket seperti apa yang dikerjakan ayahnya.


Mang Ali mengatakan bahwa Beliau belajar menyongket secara otodidak, berawal dari melihat pengrajin songket terdahulu yang kemudian mencoba terjun ke bidang tersebut. Di daerah 30 ilir Palembang sendiri memang banyak pengrajin songket, sebut saja Zainal Songket yang namanya cukup dikenal ketika meyebutkan songket Palembang. Sebagai seorang yang senior, Mang Ali juga bercerita bahwa Zainal Arifin si pemilik Zainal Songket adalah anak dari Cek Ipah yang juga punya toko songket di 30 Ilir. Mang Ali bercerita bahwa Cek Ipah memiliki 8 anak yang hampir rata-rata toko songket di 30 Ilir adalah anak Cek Ipah.

Songket sendiri sebenarnya tidak hanya dari Palembang, songket adalah kebudayaan melayu, sehingga sebagai serumpun, rasanya hampir semua kita memiliki kain songket, hanya motif antara satu dengan lainnya saja yang menjadi pembeda. Namun, bisa dikatakan Songket Palembang adalah salah satu kain yang paling dikenal ketika menyebutkan kata Songket.

Mengingat usia nya yang tidak muda lagi, kami penasaran dengan Apa rahasia Mang Ali yang masih tetap sehat dan masih bisa menyongket di usia 68 tahun tanpa kacamata dan wajah yang terlihat lebih muda dari usianya. Mang Ali membagikan rahasianya, pertama Mang Ali sangat menjaga makanannya, Seperti nenekku yang seusia dengan usia Indonesia merdeka dan tetap sehat, ternyata apa yang mereka makan sama, yaitu rebus-rebusan, lauk yang tidak mewah, tidak makan yang berpengawet. Mang Ali juga mengatakan harus banyak minum air putih hangat agar tidak sakit pinggang ketika seharian menyongket. Untuk melepaskan penat seharian membuat songket, mandilah ketika penat dan akan membuat tubuh segar kembali. Itulah resep kesehatan yang dibagikan Mang Ali kepada kami.

Saya rasa sekian dulu tulisan mengenai Mang Ali, sang legenda Songket Palembang, sehat selalu Mang Ali, kami siap membantu jika Mang Ali ingin membuat katalog songket agar bisa menjadi pembelajaran untuk generasi kemudian.

Posting Komentar untuk "Kemas Muhammad Ali, Legend Songket Palembang"